BANDUNG, KOMPAS .com - Indonesia selama ini banyak memperoleh permintaan untuk ekspor vaksin, namun belum semuanya dapat dipenuhi. "Kapasitas produksi belum mampu memenuhi semua permintaan ekspor vaksin," kata Corporate Secretary Bio Farma, M Rahman Roestan di Bandung, Jumat (19/2) malam.
Permintaan ekspor vaksin yang belum terpenuhi antara lain dari Aljazair, Mali serta negara-negara Afrika. Negara-negara tersebut banyak membutuhkan vaksin polio, campak maupun vaksin dipteri pertusis tetanus (DTP). Menurut Rahman kapasitas produksi saat ini hanya 1,1 miliar dosis setiap tahunnya.
Produksi vaksin ini diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Ekspor vaksin sendiri mencapai 60 persen dari produksi yang ada. Ekspor terbanyak dilakukan melalui badan dunia untuk anak-anak (Unicef). Dari Unicef kemudian diteruskan ke berbagai negara yang membutuhkannya.
Rahman menyatakan upaya untuk menambah kapasitas produksi terus dilakukan. "Agar dapat memenuhi permintaan ekspor, kapasitas produksi ditambah menjadi 1,4 juta dosis," terang Rahman.
China yang mulai mengembangkan produksi vaksin menjadi ancaman serius di masa mendatang. Sampai saat ini produsen vaksin China memang belum mengantongi lisensi dari badan kesehatan dunia (WHO). Tanpa adanya lisensi, berarti vaksin buatan China belum diizinkan masuk ke pasar dunia. "Tapi tetap harus diwaspadai produsen vaksin asal China yang jumlahnya cukup banyak," ujar Rahman.
Demi keperluan menambah kapasitas produksi ini Bio Farma pada tahun 2010 ini hanya menargetkan laba sebesar Rp 200 miliar. Rahman mengatakan target laba itu sama dengan perolehan laba tahun 2009 lalu.
Senin, 22 Februari 2010
Ekspor Vaksin Belum Seluruhnya Dipenuhi
Diposting oleh Bermacam-macam di 05.46Label: Gaya Hidup
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar